Kabut Asap Di Paru-Paru Dunia
Alhamdulillah hujan mulai turun setelah Kami warga Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah berbulan-bulan dilanda kabut asap karena terjadinya kebakaran hutan gambut di daerah Kami. Sebelumnya perkenalkan, Halo! Saya Lidya terlahir dan bertumbuh di kota Banjarmasin Kalimantan Selatan dan saat ini sedang merantau ke Provinsi sebelah yaitu Kalimantan Tengah, tepatnya di kota Palangka Raya.
Bencana alam kebakaran hutan di pulau yang disebut paru-paru dunia ini bisa dibilang merupakan agenda tahunan saat memasuki musim kemarau di daerah kami, sehingga di beberapa wilayah sampai dipasangi plang-plang bertuliskan wilayah rawan kebakaran hutan serta himbauan-himbauan untuk tidak membakar hutan.
Dikarenakan kabut asap ini daerah yang Saya tinggali sampai langitnya tidak pernah berwarna biru lagi, langit berwarna keabuan kekuningan disertai dengan kelelatu (Maaf Saya bingung bahasa Indonesianya apa 😓) bau asap yang menusuk. Hal ini juga menyebabkan banyak yang terjangkit penyakit ISPA dan penyakit lainnya. Para siswa sekolah pun beberapa kali diliburkan karena berbahaya untuk anak-anak berada di luar ruangan, selain itu anak-anak pun dihimbau untuk memakai masker saat berada di luar ruangan. Setiap hari terdengar dan terlihat helikopter membawa kantong air untuk memadamkan kebakaran hutan.
Hutan gambut sendiri merupakan hutan dengan dasar tanah yang terbentuk dari akumulasi sisa-sia tumbuhan yang setengah membusuk, oleh sebab itu, kandungan bahan organiknya tinggi. Hutan gambut sendiri pun merupakan rumah bagi banyak margasatwa termasuk satwa yang dilindungi yaitu orangutan. Penelitian Wetlands International Indonesia
menunjukan bahwa secara global, lahan
gambut menyimpan paling sedikit 550
Gigaton karbon dalam lapisan tanah
organiknya. Yaitu dua kali lipat jumlah
karbon yang tersimpan pada hutan di seluruh
dunia. Penyimpanan karbon oleh lahan
gambut ini pada dasarnya membantu
mengurangi terjadinya perubahan iklim
global. Di Indonesia lahan gambut mencakup 10,8% dari luas daratan, sementara di Kalimantan Tengah sendiri lahan bergambut atau hutan gambut luasnya cukup luas yaitu sekitar 21,98% dari total luas Provinsi Kalimantan Tengah.
Lahan atau hutan gambut di sini kebanyakan digunakan sebagai kebun, dan untuk membuka lahan biasanya para petani membakar lahan gambut agar bisa ditanami. Sementara karakteristik lahan gambut ini apabila sudah terbakar maka akan sulit untuk dipadamkan, karena titik apinya berada pada kedalaman tiga sampai lima meter di bawah tanah. Saya ingat pernah nonton video seorang pemadam yang menceritakan betapa susahnya memadamkan api di lahan gambut karena apinya ada di kedalaman tanah dan tanahnya harus diinjak-injak dulu agar api bisa speneuhnya padam. Belum lagi jika bara api di lahan yang dibakar terbang terbawa angin ke lahan lain di musim kemarau sehingga kebakaran semakin meluas dan semakin sulit dipadamkan. Karena itu kabut asap ini berlangsung sangat lama di sini.
Sumber Foto Asap Dokumentasi Pribadi & Video Tiktok @000oooooluka
Musim kabut berlalu kemarin cuaca ekstrem berupa hujan disertai angin kencang juga sempat menghampiri, hari benar-benar gelap dan angin sangat kencang sehingga di beberapa wilayah sampai ada pohon-pohon tumbang, tenda-tenda sampai atap dan baliho yang berterbangan.
Sekarang sudah hampir memasuki November tapi musim hujan itu hanya berlangsung sebentar, musim panas masih menetap di sini. Setiap harinya benar-benar terik dan tidak ada hujan sama sekali padahal sesuai ingatan zaman SD dulu kalau sudah memasuki bulan yang ujung katanya "ber" pasti sudah masuk musim penghujan dan nyatanya sekarang tidak ada hujan sama sekali. Dan cuaca ekstrem ini merupakan salah satu efek dari perubahan iklim saat ini.
|
dokumentasi pribadi & banjarmasinpost.co.id
|
Fakta Perubahan Iklim di Indonesia
Ada banyak fakta yang berakitan dengan perubahan iklim yang sudah terjadi di Indonesia, dan berikut beberapa fakta perubahan iklim yang memang banyak dirasakan masyarakat saat ini.
1. Kenaikan Suhu
Saat ini pastinya banyak dari kita yang merasakan hal ini, suhu udara menjadi semakin panas. Hal ini diakibatkan oleh CO₂ yang semakin meningkat, bahkan diperkirakan nanti di akhir abad 21 kenaikan suhu akan mencapai 3,5-4 derajat celcius.
2. Salju Abadi Tak Abadi Lagi
Lapisan es yang disebut Salju abadi di puncak gunung Jaya Wijaya saat ini mulai meleleh dan diperkirakan pada tahun 2026 salju di puncak gunung Jaya Wijaya ini akan musnah.
Dampak Perubahan Iklim Bagi Makhluk Hidup
3. Beberapa Wilayah Mulai Tenggelam Permanen
Kenaikan muka air laut akan berkisar antara 0,8-1,2 cm per tahun, selain itu berdasarkan hasil penelitian Institut Teknologi Bandung (ITB) dengan mengambil contoh kota Pekalongan, rata-rata penurunan tanah sebagaimana kota-kota pesisir di pantai Utara Jawa adalah 10-20cm per tahun dan mengakibatkan sudah mulai banyak wilayah di Indonesia yang tergenang dan tenggelam secara permanen. Bisa dilihat juga di beberapa daerah di Indonesia pada bagian pesisirnya mulai dibangun tanggul-tanggul untuk menahan air laut seperti halnya di Jakarta.
4. Periode Ulang La Nina dan El Nino Meningkat
Saat ini fenomena iklim La Nina dan El Nino yang awalnya hanya terjadi 5-7 tahun sekali menjadi lebih sering menjadi 2-3 tahun sekali.
5. Cuaca Ekstrem Cenderung Meningkat
Pakar dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Dr. Andung Bayu Sekaranom mengatakan fenomena cuaca eksterem di Indonesia cenderung meningkat. Hal ini mengakibatkan meningkatnya frekuensi bencana banjir, meningkatnya bencana kekeringan dan mundurnya musim hujan. Selain itu peningkatan temperatur juga diiringi dengan peningkatan curah hujan.
Peneliti Ahli Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN Erma Yulihastin juga menatakan bahwa indikasi perubahana iklim dapat ditunjukkan oleh pola cuaca yang berubah dan tidak sesuai dengan tipe-tipe cuaca berdasarkan musim. Oleh karena itu, pola cuaca ekstrem juga berubah. Cuaca ekstrem ditunjukkan melalui frekuensi hujan ekstrem yang kerap terjadi di wilayah Indonesia.
Dampak Perubahan Iklim Bagi Makhluk Hidup
Tentunya ada banyak dampak perubahan iklim bagi makhluk hidup di bumi ini, antara lain:
1. Hutan Semakin Berkurang
Perubahan iklim dan suhu bumi yang semakin naik tentunya bisa memicu kebakaran dan kekeringan hutan, pohon-pohon yang mengering dan mati juga dapat melepaskan karbon dioksida, hal ini akan semakin menambah jumlah gas rumah kaca dan gas rumah kaca di permukaan bumi akan semakin tidak terkendali.
2. Produktivitas Pertanian Menurun
Perubahan iklim yang terjadi berpengaruh pada lahan pertanian, mulai dari tanah menjadi kering dan ketersediaan air yang menipis. Mengakibatkan tanah akan menjadi sulit dtanami tumbuhan.
Perubahan iklimpun dapat mengacaukan masa tanam dan panen, misalnya karena hujan ekstrem maka padi tidak bisa dipanen karena kebanjiran dan berujung pada kegagalan panen dan krisis beras.
Bahkan bukan tidak mungkin juga akan memicu timbulnya hama dan penyakit tanaman yang sebelumnya tidak ada
3. Kualitas dan Kuantitas Air Menurun
Karena pemanasa global jumlah air di atmosfer akan meningkat sehingga meningkatkan curah hujan juga, ketika curah hujan terlalu tinggi maka kemungkinan esari air yang turun akan lagsung kembali mengalir ke laut dan tidak sempat tersimpan dalam bentuk air bersih.
Selain itu jika terjadi kemarau dan suhu meningkat, persediaan air bersih tentunya akan berkurang. Dan air yang tersedia pun keungkinan besar akan mengadung kadar kloring tinggi sehingga tidak baik untuk dikonsumsi.
Related Post:
4. Kepunahan Spesies
Perubahan iklim bisa menyebabkan perubahan pada habitat pada hewan, tumbuhan dan organisme lainnya. Hal ini bisa berujung kepunahan pada spesies makhluk hidup karena sulit beradaptasi pada habitat barunya atau kehilangan habitat awalnya.
Punahnya satu spesies tentunya akan berdampak pada spesies lainnya yang telibat pada ekosistem dan rantai makanan. Dan berujung juga efeknya pada kehidupan kita manusia.
5. Wabah Penyakit Meningkat
Kenaikan suhu dan curah hujan bisa meningkatkan wabah penyakit, misalnya meningkatnya penyakit yang disebabkan oleh nyamuk karena nyamuk berkembang biak di cuaca yang panas namun lembab.
Tindakan Pemerintah Indonesia Dalam Penanganan Perubahan Iklim dan Perlindungan Hutan
Sebagai negara dengan luas hutan terluas kedua di dunia yang merupakan penyerap gas CO2 (penyumbang emisi yang paling signifikan) yang juga merasakan dampak dari perubahan iklim, Indonesia berkomitmen untuk menangani perubahan iklim dan perlindungan, dengan beberapa langkah yang diambil yaitu:
1. Menggunakan Sumber Energi Terbarukan
Sumber energi terbarukan digunakan dalam pembangkitan listrik untuk mengurangi emisi karbon, bauran energi yang digunakan antara lain dengan dioperasikan Pembangkit Listrik Tenaga Hybrid (PLTH), yang merupakan kombinasi dari sumber energi surya, diesel dan minihidro. Lalu juga ada pembangkit listrik tenaga bayu (angin), panas bumi, bioenergi dan tenaga air.
2. Mengurangi Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla)
Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) mencatat kebakaran hutan dan lahan pada enam tahun terakhir ini terdapat kecendrungan menurun.
Upaya ini juga dengan target tambahan yaitu pencegahan kebakaran atas lahan gambut yang sebagian kini telah dalam kepungan kebun sawit.
3. Kebijakan Deforestasi dan Rehabilitasi Hutan
Langkah yang diambil pemerintah adalah melakukan moratorium kebun sawit, yaitu tidak ada lagi izin baru pembukaan kebun sawit di kawasan hutan. Selain itu juga dilakukan penghentian pemberian izin pada hutan primer, sekunder dan lahan gambut.
Moratorium sawit tersebut juga dibarengi dengan kebijakan reorestasi kawasan hutan di atas tanah mineral dan restorasi kawasan gambut.
4. Rehabilitasi Hutan Mangrove
Dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah juga melakukan rehabilitasi hutan magrove dengan target sampai 2024 sebanyak 630 ribu ha kawasan hutan magrove akan menghijau dan rimbun kembali.
5. Mendorong Industri Kendaraan Listrik
Pemerintah memberi dorongan pada industri dan penggunaan kendaraan listrik dengan harapan menjadi salah satu solusi atas pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh emisi karbon dari kendaraan bermotor berbahan minyak bumi, khususnya yang terjadi pada kota-kota besar di Indonesia.
Hal Apa Yang Bisa Kita Lakukan Untuk Menahan Dampak Perubahan Iklim?
Selain pemerintah, tentunya kita sebagai warga negara wajib hukumnya untuk berpartisipasi dan berkoloborasi dalam menangani isu perubahan iklim ini.
Memangnya kalau kita saja yang lakukan bisa menangani hal yang sudah mendunia ini?
Bisa dong! Seperti yang kita tahu semua hal besar juga berasal dari hal yang kecil, langkah-langkah besar tidak akan terealisasi dengan baik tanpa dukungan dari langkah-langkah kecil. Langkah-langkah kecil kita pasti berarti #UntukmuBumiku
1. Menanam Pohon di Sekitar Rumah
Pastinya kita semua tahu bahwa pohon adalah penghasil oksigen yang sangat diperlukan oleh manusia dan hewan-hewan. Bahkan menurut banyak hasil penelitian diketahui bahwa 1 pohon dewasa mencukupi pasokan oksigen untuk 2 orang per tahunnya. Bayangkan jika ada banyak pohon yang tumbuh di sekitar kita?
2. Mengelola Sampah Dengan Baik
Pengelolaan sampah yang tidak baik juga berpengaruh terhadap perubahan iklim. Perlu diketahui bahwa sampah yang tidak terkelola dengan baik akan menghasilkan gas karbondioksida, karbon monoksida, dinitrogen oksida dan metana yang menyumbang emisi gas rumah kaca. Sampah-sampah organik ini jugalah yang menghasilkan bau busuk ketika kita melewati tempat pembuangan sampah.
Pengelolaan sampah dari rumah ini bisa dimulai dengan memisahkan sampah organik dan anorganik. Sampah-sampah organik bisa dimasukkan ke dalam kompos rumahan, lubang resapan, atau menjadi pakan ayam.
Kemudian sampah-sampah anorganik bisa dikumpulkan dan dimasukkan ke bank sampah atau pengepul sampah. Misalnya kalau saya biasa mengumpulkan kardus-kardus bekas untuk dijual ke pengepul sampah keliling, karena tidak ada bank sampah di sekitar rumah Saya, atau mengumpulkan minyak jelantah yang nantinya bisa dijual atau diberikan kepada organisasi yang membutuhkan.
3. Membawa Kantong dan Wadah Sendiri Untuk Berbelanja
Kantong plastik juga menjadi penyumbang sampah terbesar di dunia, di Indonesia saja pastinya kita sering diberikan banyak plastik oleh pedagang. Misalnya saat membeli jus buah, pertama sudah memakai gelas plastik, sedotan plastik, bungkusan plastik pertama dan bungkusan plastik kedua untuk memudahkan kita menenteng jus buah itu.
Hal-hal seperti itu bisa kita siasati dengan membawa kantong belanja atau wadah sendiri saat ingin membeli makanan atau bahan makanan.
4. Berbelanja Produk Lokal Sekitar
Dengan berbelanja produk-produk dari sekitar rumah atau daerah kita maka akan membantu mengurangi emisi gas rumah kaca juga, karena apa? karena dengan distribusi yang dekat, bisa dimulai dengan berbelanja dari warung atau toko yang ada di dekat rumah.
5. Menggunakan Transportasi Umum
Saat ini tranportasi umum yang memadai sudah mulai banyak tersebar di daerah-daerah di Indonesia, meskipun kita tahu ya kalau tranportasi umum yang paling lengkap masih ada di Jakarta. Tapi jika di daerah kamu ada tranportasi umum yang memadai tentu saja bisa jadi pilihan kita untuk beraktivitas sehari-harinya, tentunya bisa mengurangi kemacetan di jalan dan jumlah kendaraan yang berlalu lalang setiap harinya yang merupakan sumber polusi dan gas karbondioksida/
6. Memberikan Edukasi Di Media Sosial
Saat ini kita semua diberi kemudahan untuk berbagi cerita dan edukasi melalui media sosial yang kita miliki, bisa lewat instagram, facebook, blog, tiktok dan twitter. Memberikan edukasi di media sosial menurut saya lebih mudah karena kita bisa mengedukasi bukan hanya lewat teori tapi juga lewat pengalaman-pengalaman yang kita bagikan di media sosial kita. Terlihat sepele, tapi pasti ada yang terinspirasi atau terdukasi dari yang kita sampaikan di media sosial kita.
Sebagai salah satu orang muda di Indonesia, tentunya Saya memiliki harapan mengenai penanganan isu perubahan iklim dan perlindungan hutan. Seperti pada syair Indonesia tanah air beta.
"Di sana tempat lahir beta
Dibuai dibesarkan bunda
Tempat berlindung di hari tua
Tempat akhir menutup mata"
Saya berharap Indonesia bisa menjadi tempat berlindung Saya di hari tua nanti, tempat berlindung berarti tempat yang aman dan nyaman. Tempat di mana anak cucu orang-orang muda Indonesia saat ini bisa bertumbuh dengan nyaman. Dengan segala keanakeragaman hayati yang masih terjaga, hutan-hutan yang masih asri, merdeka dari dampak-dampak perubahan iklim yang ekstrem seperti halnya Sumpah Pemuda yang menjadi salah satu tonggak utama dalam sejarah pergerakan kemerdekaan Indonesia. Tentunya hal ini pasti menjadi harapan bagi banyak #MudaMudiBumi lainnya dengan #BersamaBergerakBerdaya menangani isu perubahan iklim dan perlindungan hutan dengan bijak. InsyaAllah dengan bersama kita pasti bisa #TeamUpForImpact
Yuk share mimpi kamu terhadap penanganan isu perubahan iklim dan perlindungan hutan!
Sumber:
Pengalaman Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Infografis Dibuat Dengan Canva
Jurnal Sosialisasi Pencegahan Kebakaran di Lahan Gambut Daerah Bereng Bengkel Kota Palangka Raya Oleh Noviranti, Nirwana Puspasari dan Noviyanthy Handayani ST, MT
Perubahan Iklim di Indonesia: Fakta Nyata, Langkah Mitigasi, hingga Penanggulangan dari BMKG - TribunNews.com
Dampak Perubahan Iklim, Banyak Wilayah Indonesia Mulai Terendam Permanen - Republika Online
Pakar UGM: Cuaca Ekstrem di Indonesia Cenderung Meningkat - kompas.com
Perubahan Iklim Makin Nyata, Anomali Suhu Rata-Rata Juli 2023 Tertinggi ke-4 Sejak 1981 - News Liputan6.com
Apa Itu Perubahan Iklim: Penyebab dan Dampaknya bagi Kehidupan - tirto.id
Langkah Konkret Indonesia Perangi Perubahan Iklim - Indonesia.go.id
Berapa Banyak Pohon Menghasilkan Oksigen? - celotehhijau.com
Berikut Daftar Gas-Gas Rumah Kaca yang Dihasilkan Sampah - waste4change.com
Hujan Deras dan Angin Kencang Sapu Banjarmasin, Pohon Tumbang hingga Plafon Supermarket Runtuh - Banjarmasinpost.co.id